Amatsamawa – Perjalanan Bisnis dari Nol – Sebelum genap berusia 20 tahun, saya sudah meraih gelar Sarjana Ekonomi. Enam bulan kemudian, saya menikah dengan seorang pria yang dua tahun lebih tua dari saya. Saat itu, suami saya bekerja di salah satu perusahaan pengolahan udang terbesar di Asia yang berpusat di Lampung. Kami menjalani hubungan jarak jauh (LDR).
Ketika menikah, saya sudah memiliki usaha yang saya rintis sejak semester lima bersama teman-teman. Modal usaha ini sebagian besar berasal dari uang yang dikirim oleh suami saya setiap bulan, saat ia masih berstatus sebagai tunangan saya. Ketika kami menikah, usaha tersebut telah memiliki aset bernilai miliaran rupiah.
Lima bulan setelah menikah, suami memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya dan bergabung dalam bisnis yang saya jalankan. Dua bulan setelahnya, saya dinyatakan positif hamil anak pertama. Suami mengambil alih peran saya di perusahaan, sementara saya fokus pada kehamilan dan menikmati hidup dengan kemewahan—berbelanja, arisan, perawatan diri, dan kegiatan sosial lainnya.
Pada 20 November 2002, saya melahirkan anak pertama melalui operasi Caesar. Bukan karena ada masalah, tetapi karena saya takut melahirkan secara normal. Saya memilih rumah sakit, dokter, dan fasilitas terbaik di Malang, serta tanggal cantik 20-11-02 untuk kelahiran anak kami.
🔴 AD - Klik gambar untuk membeli di Shopee!
Namun, di tengah kebahagiaan ini, kami lengah. Saat suami mengambil cuti panjang dan saya tidak aktif di bisnis, perusahaan kami bangkrut. Kami jatuh miskin. Delapan bulan kemudian, kami memutuskan hijrah ke Panimbang, sebuah desa di ujung selatan Banten, untuk memulai hidup baru.
Pada 15 Juli 2003, kami tiba di Panimbang. Saya bekerja sebagai asisten di toko bangunan dengan gaji Rp150.000 per bulan. Sementara itu, suami menyewa kios kecil di Pasar Panimbang dengan uang Rp1.000.000 dari modal yang tersisa. Sisa Rp250.000 kami gunakan untuk membeli sayuran dan kerupuk sebagai dagangan.
Dengan tekad yang kuat, kami tidak malu bekerja apapun. Saya kemudian menjadi instruktur senam keliling, membuka kursus Bahasa Inggris dan Matematika, hingga menjadi guru honorer di SD dan Madrasah Aliyah. Keinginan besar untuk mengubah nasib mendorong saya melanjutkan kuliah S2 hingga akhirnya menjadi dosen.
Pada tahun 2011, setelah memiliki dua anak, saya memutuskan berhenti bekerja dan fokus berdagang. Saya mencari ide usaha bermodal kecil dan menemukan “Boneka Horta”—boneka unik yang bisa ditumbuhi rumput. Saya membeli boneka ini seharga Rp800.000 dan mulai menjualnya ke sekolah-sekolah. Responsnya luar biasa! Dalam sehari, dagangan saya habis terjual.
Melihat peluang ini, saya terus berjualan dan bahkan mulai mencari boneka biasa untuk memenuhi permintaan. Saya menemukan pemasok boneka murah di Cikampek, kemudian mulai berjualan boneka dalam skala lebih besar hingga menyuplai toko-toko mainan di Banten Selatan.
Pada tahun 2013, saya diperkenalkan dengan Komunitas TDA (Tangan Di Atas). Di komunitas ini, saya belajar tentang visi bisnis, manajemen keuangan, dan strategi pemasaran. Motivasi besar datang dari sebuah kutipan yang saya dengar saat itu:
🔴 AD - Klik gambar untuk membeli di Shopee!
“If your dream doesn’t scare you, it’s not big enough.”
Berbekal ilmu dari komunitas ini, usaha saya berkembang pesat. Saya menyewa toko besar, membuka cabang, dan mempekerjakan lima karyawan. Saya menjadi grosir boneka terbesar di Banten Selatan.
Pada tahun 2014, saya menemukan produk karpet berbahan boneka yang sedang tren. Awalnya, saya ragu karena harganya cukup mahal. Namun, setelah mencoba menjualnya, saya melihat peluang besar. Saya dan suami mulai memproduksi sendiri karpet ini dengan desain yang lebih inovatif menggunakan teknologi komputer.
Usaha kami terus berkembang hingga kami mendirikan RezNez Factory dan Orlin Indonesia. Saat ini, kami memiliki pabrik di Pandeglang, Banten, serta kantor pusat sales dan marketing di Malang. Kami memproduksi berbagai produk home decor seperti karpet, tikar lipat, matras, sofa bed, sprei, dan bed cover. Kami juga merambah ke fashion dengan produk tas, dompet, dan beauty case.
Dengan strategi pemasaran digital dan jaringan komunitas TDA, produk kami kini tersebar di seluruh Indonesia, dari Aceh hingga Papua. Produk kami bahkan telah merambah pasar Asia dan Timur Tengah.
Keberhasilan ini tidak terlepas dari dukungan komunitas TDA dan para mentor yang telah membimbing kami. Dari lubuk hati yang terdalam, saya mengucapkan terima kasih kepada mereka yang telah membantu kami bertahan di masa sulit dan bangkit kembali.
Kami berharap bisa terus menebar manfaat, membuka lebih banyak lapangan pekerjaan, dan menjadikan usaha ini sebagai jalan menuju keberkahan. Semoga Allah SWT selalu meridai perjalanan kami hingga membawa kami menuju Jannah-Nya. Aamiin.
Sumber: Kisah 88 pengusaha yang merasakan nikmatnya ber-TDA hlm. 32
Reznez factory di didirikan tahun 2014 oleh pasangan suami istri, Endra dan Nurul Umama. Nama Reznez merupakan gabungan dari kedua nama anak mereka yaitu Reza dan Neza. Reznez factory terdiri dari dua brand yaitu REZNEZ GALLERY. Seiring perkembangan dan kemajuan usaha, maka dibentuk brand baru ORLIN INDONESIA pada tahun 2017. Reznez factory menyediakan berbagai macam produk dekorasi rumah tangga dan produk-produk berkualitas lainnya. (Sumber: Youtube Reznez Factory)
Warisan Inspirasi Untuk Keluarga Indonesia